Makalah Imbuhan Lengkap - Bahasa Indonesia

MAKALAH
BAHASA INDONESIA
“IMBUHAN

KATA PENGANTAR

     Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatNya maka kami telah menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
            Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul BAHASA INDONESIA “IMBUHAN” yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita selaku mahasiswa untuk memahami kata imbuhan.
            Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
            Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT. memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Banyuwangi, 2016


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I  PENDAHULUAN
    1.1  Latar Belakang
    1.2  Rumusan Masalah
    1.3  Manfaat Penulisan

II PEMBAHASAN
    2.1 Pengertian imbuhan
    2.2 Fungsi imbuhan
    2.3 Jenis-jenis imbuhan   
    
III PENUTUP
    3.1 Kesimpulan    
          3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imbuhan adalah bunyi – bunyi yang ditambahkan kepada kata dasar untuk mengubah atau menambahkan makna pada kata dasarnya. Imbuhan – imbuhan tersebut bisa diletakkan di awal (prefiks), di tengah/sisipan (infiks), akhir (suffikis), dan awalan-akhiran (konfiks) kata dasar. Jenis – jenis imbuhan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda – beda.

1.2 Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian imbuhan?
2.    Apa fungsi Imbuhan?
3.    Apa saja jenis-jenis Imbuhan?

1.3 Tujuan

Tentunya makalah ini memiliki manfaat baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
·    Dapat memahami pengertian imbuhan dan fungsinya
·    Dapat memahami jenis-jenis imbuhan



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian imbuhan

Kridalaksana (2009; 28-31) menyebutkan bahwa afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Kridalaksana (1989:31-83) mendeskripsikan afiksasi sebagai proses atau hasil penambahan afiks pada dasar. Richard (dalam Putrayasa; 2008;5) mengatakan bahwa afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Ramlan (1987:49) menyebut proses afiksasi sebagai proses pembubuhan afiks. Menurutnya, suatu satuan yang dilekati afiks disebut bentuk dasar. Afiksasi menurut Samsuri (1985: 190), adalah penggabungan akar kata atau pokok dengan afiks.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

2.2 Fungsi imbuhan

Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda misalnya, setelah diberi imbuhan bisa menjadi kata kerja, kata sifat, atau kata lainnya.
Contoh:
·    batu (benda) -> membatu (sifat)
·    indah (sifat) -> seindah-indahnya (keterangan)
·    mandi (kerja) -> pemandian (benda)

Fungsi imbuhan adalah:

·    Membentuk kata benda, yakni peN-, pe-, per-, ke-, -isme, -wan, -sasi, -tas, peN-an, pe-an, per-an, dan ke-an. Contoh: pelaut, penyapu, wartawan, dll.
·    Membentuk kata kerja, yakni me-, ber-, per-, ter-, di, -kan, ter-kan,dan di-i. Contohnya: melaut berlayar, terlihat diminum, bawakan, lempari, menaiki.
·    Membentuk kata sifat,yakni –I, -wi,-iah, dan –is. Contohnya: manusiawi, duniawi, ilmiah, agamis
·    Membentuk kata bilangan yakni se- dan ke-. Contohnya: sepuluh dan kedua.
·    Membentuk kata keterangan, se-nya ; -nya ; -an, Contoh: sepertinya, habis-habisan, seindah-indahnya, dll.

2.3 Jenis-jenis imbuhan
AWALAN

Imbuhan yang diletakkan pada awal kata dasar disebut dengan awalan (prefiks). Ada beberapa imbuhan awalan, di antaranya adalah:

me-
Imbuhan me- berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif pada kata dasarnya. Imbuhan me- bisa berubah – ubah menjadi beberapa bentuk sesuai dengan kata dasar yang diikutinya.
Contoh:
Dobrak + men - = Mendobrak
Pencuri itu mendobrak pintu rumahku dan mencuri beberapa barang berharga.

Ambil + meng- = Mengambil
Aku mengambil buku yang tertinggal di rumah.

Sapa + meny- = menyapa
Setiap hari aku menyapa dirinya.

Bimbing + mem- = membimbing
Tugas seorang guru adalah membimbing anak muridnya.

kecil + menge- = mengecil
Sepatuku mengecil karena kakiku membesar.

ber-
Imbuhan ber- juga bisa berubah menjadi dua bentuk yaitu bel- dan be-. Apabila imbuhan ber- bertemu dengan kata dasar yang diawali dengan konsonan, maka ber- menjadi be.
Contoh :
Kerja + ber- = bekerja
Ajar + ber- = belajar.

di-
Imbuhan di- tidak memiliki perubahan bentuk dan berfungsi untuk membentuk makna pasif pada kata dasarnya.
Contoh:
Buang + di- = dibuang
Sampah – sampah dibuang ke tempat sampah oleh ibu.

ter-
Imbuhan ter- juga tidak memiliki perubahan khusus, tetapi memiliki beberapa fungsi di antaranya adalah:
Sebagai penunjuk makna ketidaksengajaan.
Contoh :
buang + ter- = terbuang ; Barangku terbuang ke kotak sampah ketika aku tidak ada di rumah.

Sebagai pembentuk kata sifat
Contoh :
Baik + ter- = terbaik ; kelasku menjadi kelas yang terbaik di sekolah.

Sebagai pembentuk kata pasif
Contoh :
Injak + ter- = terinjak ; kakiku terinjak oleh Budi


pe-
Imbuhan pe- memiliki beberapa macam bentuk perubahan, di antaranya adalah peng-, penye-, dan per-. Imbuhan ini juga memiliki fungsi sebagai berikut:
Sebagai penunjuk pelaku :
pekerja, pelajar, pembohong, pemberi, pengurus, pembantu, dan lain – lain.
Aku adalah seorang pelajar di SMAN 1 Bagun Pagi.

Sebagai pembentuk kata perintah : Perlambat, pertajam, perindah, percantik, dan lain – lain.
Percantik lukisan itu!

Sebagai penunjuk sifat : pemalu, pemaaf, dan lain – lain.
Dia adalah anak yang pemalu.

Sebagai penunjuk alat: penghapus, penggaruk, penggoreng, penggiling, dan lain – lain.
Ibu menggunakan panci penggoreng sebagai wadah.

ke-
Imbuhan ke- tidak memiliki bentuk perubahan dan berfungsi sebagai penunjuk urutan.
Contoh : Dua + ke = kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Sisipan
Sisipan adalah imbuhan yang diletakkan di tengah – tengah kata dasar. Imbuhan ini diantaranya adalah –el-, -em-, dan –er.
Contoh :
Getar + er = gemetar.
Tali – el = Temali.

AKHIRAN
Akhiran adalah imbuhan yang diletakkan pada bagian akhir kata dasar dan disebut juga dengan suffiks. Ada beberapa jenis imbuhan ini, antara lain:

-kan/-i
Imbuhan - imbuhan ini sebagai pembentuk makna perintah.
Contoh : ambilkan, datangkan, bawakan, tuangkan, datangi, diami, dan lain – lain

-an
Imbuhan –an berfungsi untuk:
Sebaagi penunjuk bagian:
satuan, kiloan, dan lain – lain

Sebagai penunjuk alat:
timbangan, angkutan

Sebagai penunjuk tempat:
lapangan, lautan, daratan, dan lain – lain.


-pun
Imbuhan ini berfungsi untuk membentuk makna juga.
Contoh: akupun, Merekapun, kamipun, dan sebagainya.

-kah
Imbuhan ini berfungsi untuk menegaskan kata dasarnya.
Contoh: Mudahkah, benarkah, iyakah, dan lain – lain.
Awalan dan Akhiran
Imbuhan ini disebut dengan konfiks dan diletakkan pada bagian awal dan akhir kata dasar. Fungsi imbuhan konfiks di antaranya adalah:

me-kan
Sebagai pembentuk makna aktif
Contoh : Membanggakan, membangunkan, mengantarkan, dan lain – lain.

pe-a
Sebagai pembentuk makna kata benda
Contoh: Pengampunan, pengasingan, pengaduan, dan lain – lain.

se-nya
Sebagai kata pengulangan
Contoh: Sepandai – pandainya, sebaik – baiknya, semahal – mahalnya, dan lain – lain.




BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda misalnya, setelah diberi imbuhan bisa menjadi kata kerja, kata sifat, atau kata lainnya.

Jenis – jenis imbuhan ada 4 macam
Awalan
Sisipan
Akhiran
Awalan dan akhiran

3.2 Saran

Di dalam pembuatan makalah ini pasti masih ada kesalahan-kesalahan disana-sini. Perlunya bimbingan dan pembelajaran yang lebih mengenai pembuatan makalah ini. Semua kritik atau saran yang bersifat membangun pasti akan kami terima demi kelangsungan pembuatan makalah dimasa-masa mendatang.



DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Afiks
http://www.prbahasaindonesia.com/2015/11/imbuhan-pengertian-jenis-dan-contoh.html
http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2012/05/afiksasi-imbuhan.html
http://restumariam.blogspot.co.id/2012_09_01_archive.html
http://bnetpwj.blogspot.co.id/2016/11/makalah-imbuhan-lengkap-bahasa-indonesia.html






MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BAYI DAN ANAK - LENGKAP


" KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BAYI DAN ANAK "

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Yang mana berkat rahmatnya kami dapat menyusun makalah ini dengan lancar.

Makalah ini merupakan makalah tentang “Komunikasi Terapeutik Bayi dan  Anak”. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnanan dan banyak kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini. Akhirnya makalah ini dapat memberikan pemikiran serta kelancaran tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi semua pihak Amin.

Banyuwangi , September 2016



DAFTAR ISI

Kata Pengantar 
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan 
1.1    latar Belakang 
1.2    Rumusan Masalah 
1.3    Tujuan 
1.4    Manfaat 
Bab II Tinjauan Pustaka 
2.1  Perkembangan Komunikasi Pada Bayi dan Anak 
2.2 Bentuk Komunikasi Prabicara
2.3 Peran Bicara Dalam Komunikasi 
2.4  Teknik Komunikasi Dengan Bayi dan Anak :
Tekhnik Verbal dan Non Verbal .
2.5 Penerapan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Pada Bayi dan Anak
Bab III Penutup 
3.1 Kesimpulan 
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Menurut (smart 1998) komunikasi terapeutik adalah merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kebutuhan pasien.(siti fatmawati, 2010)

Komunikasi terapeutik adalah yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah komunikasi yang dihadapinya. (suryani, 2005).

Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir 2006), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti Fatmawati 2010).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, Indrawati, dalam Siti Fatmawati, (2010).

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik-teknik tertentu yang mempunyai efek penyembuhan. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien, sehingga diharapkan dapat berdampak pada perubahan yang lebih baik pada pasien dalam menjalanakan terapi dan membantu pasien dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan.


1.2 Rumusan Masalah
1.        Bagaimana Perkembangan Komunikasi Pada Bayi dan Anak
2.        Bagaimana Bentuk Komunikasi Prabicara
3.        Apa Peran Bicara Dalam Komunikasi
4.        Bagaimana Teknik Komunikasi Dengan Bayi dan Anak :
           Tekhnik Verbal dan Non Verbal
5.        Bagaimana Penerapan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
           Pada Bayi dan Anak

1.3     Tujuan
1.        Agar mahasiswa tahu bagaimana perkembangan komunikasi pada bayi dan anak
2.        Agar mahasiswa mengetahui bagaimana bentuk komunikasi prabicara
3.        Agar mahasiswa tahu  apa peran bicara dalam komunikasi
4.        Agar mahasiswa tahu Bagaimana teknik komunikasi dengan bayi dan anak :
            tekhnik verbal dan non verbal
5.        Agar mahasiswa tahu bagaimana penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik
            pada bayi dan anak

1.4     Manfaat
1.        Bagi Mahasiswa
Sebagai acuan maupun sebagai penambah ilmu pengetahuan khususnya dalam mempelajari komunikasi terapeutik pada bayi/anak

2.        Bagi Instasi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai tambahan dan acuan pendidikan yang lebih unggul dan lebih bermutu
3.        Bagi Pembaca
Dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang komunikasi terapeutik pada bayi/anak



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 

2.1   PERKEMBANGAN KOMUNIKASI PADA BAYI DAN ANAK


1.         Masa  bayi (0-1 tahun)
Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata – kata oleh karena itu, komunikasi pada bayi lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal. Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan yang tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan dengan cara menangis. Walau demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara nonverbal, misalnya memberikan sentuhan, mendekap, menggendong, berbicara dengan lemah lembut.

Ada beberapa respon nonverbal yang bisa ditunjukkan bayi, misalnya menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi usia kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Stranger anxiety atau cemas dengan orang asing yang tidak dikenalnya adalah ciri perilaku pada bayi usia lebih dari enam bulan., dan perhatiannya berpusat pada ibunya. Oleh karena itu, perhatikan saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung ingin menggendong atau memangkunya karena bayi aakan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya, dan/atau mainan yang dipegangnya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik denganya dan ibunya.
 ( Yupi Supartini, 2004 : 81-82)

2.         Masa Balita  (sampai 5 tahun)
Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia di bawah tiga tahun) mempunyai sikap egosentris,. Selain itu, anak juga memiliki perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu apa yang akan terjadi padanya.

Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata – kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya adalah jongkok, duduk dukursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kitz akan sejajar denganya.
( Yupi Supartini, 2004 : 83-84)

3.         Anak Usia 5 sampai 8 tahun
Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan, untuk apa, dan bagaimana caranya dilakukan ? anak membutuhkan penjelasan atas pertanyaanya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. ( Yupi Supartini, 2004 : 84)

4.         Anak usia 8 sampai 12 tahun
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan kata sudah lebih banyak dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara konkret. Apabila akan melakukan tindakan, perawat dapat menjelaskanya dengan mendemontrasikan pada mainan anak. Misalnya, bagaimana perawat akan menyuntik diperagakan terlebih dahulu pada bonekanya. ( Yupi Supartini, 2004: 84)

5.         Anak usia remaja

Seperti telah disebutkan pada beberapa bagian di kegiatan belajar sebelumnya, fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa juga. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stress jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebayanya dan/ atau orang dewasa yang ia percaya, termasuk perawat yang selalu bersedia menemani dan mendengarkan keluhanya. Menghargai keberadaan identitas diri dan harga dirinya merupakan hal yang prinsip untuk diperhatikan dalam berkomunikasi, tunjukka ekspresi wajah yang bersahabat denganya, jangan memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan pikiranya, dan hindari perkataan yang menyinggung harga dirinya. Kita harus menghormati privasinya dan beri dukungan pada apa yang telah dicapainya secara positif dengan selalu memberikanya penguatan positif (misalnya, memberi pujian).  ( Yupi Supartini, 2004 : 84-85)

2.2  BENTUK KOMUNIKASI PRABICARA

1.      Tangisan

Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian, membuat sebaris senyum kesyukuran terpancar pada wajah seorang ibu. Tangisan seorabng bayi merupakan bentuk komunikasi dari seorang bayi kepada orang dewasa dimana dengan tangisan itu, bayi dapat memberikan pasan dan orang dewasa menangkap pesan yang diberikan sang bayi.

Pada awal kehidupan paska lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi hanya akan menangis bila yia merasa sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan menurun pada usia enam bulan karena keinginan dan kebutuhan mreka cukup terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.

Perawat harus banyak berlatih mengenal macam – macam arti tangisan bayi untuk memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan kepada ibu, karena ibu muda memerlukan bantuan ini.

2.        Ocehan dan celoteh

Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan” (cooing) atau “celoteh” (babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang disebabakan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘suara’. Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis dan mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke enam dan kedelapan. Celoteh merupakan indikator mekanisme perkembangan otot saraf bayi.

Nilai celoteh :
a)        Berceloteh adalah praktek verba sebagsi dasar perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki   dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.

b)        Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia merupakan kelompok sosial.

3.        Isyarat

Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi dapat mempercepat komunikasi dini pada anak.

Contoh :
a)        Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak lapar.
b)        Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin digendong
c)        Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya atau memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan gerak.

4.        Ungkapan emosional
Adalah melalui perubahan tubuh dan roman muka.
Contoh :
a)        Tubuh yang mengejang atau gerakan – gerakan tangan atau kaki disertai jeritan dan wajah tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan pada bayi.

b)        Menegangkan badan, gerakan membanting tangan atau kaki, roman muka tegang dan menangis adlah bentuk ungkapan marah atau tidak suka.(Kemenkes,2013)

2.3  PERAN BICARA DALAM KOMUNIKASI


1.        Pada Bayi

a)        Merupakan ungkapan sayang pada bayi
b)        Mengajak bicara bayi akan merangsang kinerja saraf otak dan merangsang pendengaran
            untuk merangsang pada indra pendengaran
c)        Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa diabaikan dan merasa selalu
          diperhatikan.
d)       Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga lambat laun bayi akan menirukanya

2.        Pada Anak

a)        Persiapan Fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama dalam kematanganan mekanisme bicara. Pertumbuhan organ-organ bicara yang kurang sempurna sangat mempengaruhi kemampuan bicara anak.

b)        Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak), yang berkembang 1-18 bulan, saat yang tepat diajak bicara. Meskipun bayi tidak bisa merespon dengan kata-kata, namun suara atu bicara yang kita tunjukkan pada bayi bayi akan menjadi stimulus bayi dan akan direspon dengan bahasanya sendiri, misalnya dengan senyum atau tertawa.

c)        Motivasi dan Tantangan
Ajaran dan dorongan bayi untuk mengucapkan dan apa yang bisa diucapkan oleh bayi. Dalam hal ini perlu disadari bahwa yang diucapkan bayi belum sempurna, mungkin yang keluar baru berupa suara-suara atau kata-kata yang belum jelas sehingga butuh kesabaran dan ketelatenan dalam mengajarkan bicara kepada bayi atau anak.

d)       Model Untuk Ditiru
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemapuan bicara adalah stimulus suara. Ucapan-ucapan yang sering kita sampaikan kepada bayi menjadi model yang bisa ditiru oleh bayi pada perkembangan bicara selanjutnya. Dengan demikian ucapan yang kita sampaikan hendaknya ucapan yang baik dan mendidik.

e)        Bimbingan
Upaya untuk membantu ketrampilan bicara anak dapat dilakukan dengan cara : menyediakan model yang baik, mengatakan dengan perlahan dan jelas, serta membetulkan kesalahan yang diucapkan anak.

f)         Kesempatan Praktek Atau Untuk Berlatih
Agar bayi atau anak dapat segera bicara, maka bayi perlu diajarkan atau diberikan untuk meniru kata-kata yang sering kita ucapkan.

2.4     TEKHNIK KOMUNIKASI DENGAN BAYI DAN ANAK : TEKHNIK VERBAL DAN NON VERBAL

1.        Teknik Verbal


a)        Melalui orang atau pihak ketiga

Khususnya mengahadapi anak usia bayi dan todler, hindari berkomunikasi secara langsung pada anak, melainkan gunakan pihak ketiga yaitu dengan cara berbicara terlebih dahulu dengan orang tuanya yang sedang berapa disampingnya, mengomentari pakaian yang sedang dikenakanya. Hal ini pada dasarnya adalah untuk menanamkan rasa percaya anak pada perawatan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan yang menjadi tujuan.
 (Yupi Supartini, 2004 : 86)
         
b)        Bercerita sebagai alat komunikasi
Dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan tertentu pada anak misalnya, bercerita tentang anak pintar dan saleh yang sedang sakit yang mematuhi nasihat orang tua dan perawat sehingga diberi kesembuhan oleh ALLAH Yang Mahaesa. Jadi, ini cerita harus disesuaikan dengan kondisi anak dan pesan yang ingin kita sampaikan kepada anak. selama bercerita gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak. penggunaan gambar-gambar yang menarik dan lucu saat bercerita akan membuat penyampaian cerita lebih menarik bagi anak sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima anak secara efektif. (Yupi Supartini, 2002 : 86-87)

c)        Fasilitasi anak untuk berespons
Satu hal yang penting yang harus diingat, selama berkomunikasi jangan menimbulkan kesan bahwa hanya kita yang dominan berbicara pada anak, tetapi fasilitasi juga anak untuk berespons terhadap pesan yang kita sampaiakan. Dengarkan ungkapanya dengan baik, tetapi hati-hati dalam merefleksikan ungkapan yang negatif. Misalnya, saat anak bicara, “saya mau pulang, saya tidak ada suka tinggal di rumah sakit “. Untuk merespons perkataan anak seperti ini katakan, “ tentu saja kamu akan pulang jika... supaya kamu senang berada dirumah sakit bagaimana kalau kita buat permainan yang lain setiap harinya. Suster akan merencanakanya kalau kamu setuju.
(Yupi Supartini, 2002 : 87) 

d)       Meminta anak untuk menyebutkan keinginanya
Untuk mengetahui apa yang sedang dikeluhkan anak, minta anak untuk menyebutkan keinginanya. Katakan apabila suster menawarkan pilihan keinginan, apa yang paling diinginkan anak saat itu. Keinginan yang diungkapkanya akan meningkatkan perasaan dan pikirannya saat itu sehingga dapat mengetahui masalah dan potensial yang dapat terjadi pada anak. (Yupi Supartini, 2002 : 87)   
                                          
e)        Biblioterapi
Buku atau majalah dapat juga digunakan untuk membantu anak mengekspresikan pikiran dan perasaanya. Bantu anak mengekspresikan perasanya dengan menceritakan isi buku atau majalah. Untuk itu perawat harus tahu terlebih dahulu ini dari buku atau majalah tersebut dan simpulkan pesan yang ada didalamnya sebelum bercerita pada anak.
(Yupi Supartini, 2002 : 87)

f)         Pilihan pro dan kontra
Cara lain untuk mengetahui perasaan dan pikiran anak adalah dengan mengajukan satu situasi, biarkan anak menyimak dengan baik, kemudian mintalah anak untuk memulihkan hal yang positif dan negatif memuat pendapatnya dari situasi tersebut. (Yupi Supartini, 2002 : 88) 
    
g)        Penggunaan skala peringkat
Skala peringkat digunakan untuk mengkaji kondisi tertentu, misalnya mengkaji intensitas nyeri. Skala peringkat dapat berkisar antara 0 pada satu titik ekstrim dan 10 pada satu titik ekstrim lainya. Nilai tingkat nyeri 1 sampai lima. Kemudian kita tentukan kondisi anak berada pada angka berapa saat mengungkapkan perasaan sedih, nyeri, dan cemas tersebut.
0 diartikan sebagai perasaan skala tidak nyeri
1-2 diartikan sebagai skala nyeri ringan
Lebih dari 3-7 diartikan sebagai skala nyeri sedang
Lebih dari 7- 9 diartikan nyeri yang sangat berat
Lebih dari 9-10 diartikan nyeri yang sangat hebat
 (Yupi Supartini, 2002 : 88)

2.        Teknik Non Verbal

a)        Menulis

Menulis adalah pendekatan komunikai yang secara efektif tiadak saja dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja.

Perwat dapat memulai komunikasi dengan anak dengan cara memeriksa atau menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis perawat dapat mengetahui apa yang dipikirkan anak dan bagaimana perasaan anak.

b)        Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk menggambarkan sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan, keinginan.

Pengembangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat menggambarkan keluarganya dan dilakukan secara bersama antara keluarga (ibu/ayah) dengan anak.

c)        Kontak mata, postur dan jarak fisik
Pembicaraan atau komunikasi akan teras lancar dan efektif jika kitan sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat dilakukan dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita sejajar dengan anak. dengan posisi sejajar akan memungkinkan kita dapat memungkinkan kontak mata dengan anak dan mendengarkan secara jelas apa yang dikomunikasikan anak.

d)       Ungkapan marah
Anak mengungkapakan perasaan marahnya dan dengarkanlah dengan baik dan penuh perhatian apa yang menyebabkan ia merasa jengkel dan marah. Untuk memberikan ketenangan anak pada saat marah, duduklah dekat dia, pegang tangannya atau pundaknya atau peluklah dia.

e)        Sentuhan
Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang sebagian tangan atau bagian tubuh anak misalnya pundak, usapan di kepala, berjabat tangan atau pelukan, bertujuan untuk memberikan perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak dan orang tua. (Kemenkes, 2013)

2.5     PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BAYI DAN ANAK

1.        Penerapan komunikasi pada bayi (0-1 tahun)

Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena dengan cara itu mereka berkomunikasi. Bayi menyampaikan keinginanya melalui komunikasi non verbal. Bayi akan tampak tenang dan merasa nyaman dan aman jika ada kontak fisik yang dekat terutama dengan orang yang dikenalnya (ibu). Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan bahwa ada sesuatu yang tidak enak dia rasakan, lapar, popok basah, kedinginan,lelah dan lain-lain.
(Kemenkes, 2013 :14-15)

2.        Penerapan komunikasi pada kelompok todler (1-3 tahun) dan prasekolah (3-6 tahun)

Pada usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Ciri khas kelompok ini adalah egosentris, dimana mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat segala sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri.

Contoh penerapan komunikasi dalam perawatan :
a)        Memberitahu apa yang terjadi pada diri anak
b)        Memberikan kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan
c)        Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika tidak menjawab harus diulang lebih jelas dengan
           pengarahan yang sederhana
d)       Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”
e)        Mengalihkan aktifitas saat komunikasi misalnya dengan memberikan mainan saat komunikasi
f)         Menghindari konfrontasi langsung
g)        Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak
h)        Bersalam dengan anak saat memulai interaksi, karena bersalaman dengan anak merupakan cara
            untuk menghilangkan perasaan cemas
i)          Mengajak anak menggambar, menulis atau bercerita untuk menggali perasaan dan fikiran anak.
           (Kemenkes, 2013 :15-16)

3.        Komunikasi pada usia sekolah  (7-11 tahun)


Pada masa anak akan banyak mencari tahu terhadap hal-hal baru dan akan belajar menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, berani mengajukan pendapat dan melakukan klarifikasi yang tidak jelas baginya.
Contoh penerapan komunikasi dalam keperawatan
a)        Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan menggunakan kata-kata sederhana
           yang spesifik
b)        Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak
c)        Pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi,
           maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya
d)       Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi
           secara afektif.
(Kemenkes, 2013 :17) 

BAB III
PENUTUP

3.1     KESIMPULAN


Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dan klien, yang direncanakan secara sadar yang bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kebutuhan pasien.Perkembangan komunikasi terapeutik pada bayi dan anak sendiri dimulai pada masa bayi samapai anak usia remaja yang mana dari perkembangan itu memeiliki bentuk perkembangan yang berbeda-beda.Selain itu didalam komunikasi terapeutik terdapat bentuk komunikasi prabicara dimana terdiri dari tangisan, ocehan, isyarat, dan ungkapan emosional seorang bayi/anak.Disisi lain dalam melakukan komunikasi kepada bayi terdapat beberapa tekniknya, yaitu bisa menggunakan teknik verbal dan non verbal.Setelah mempelajari semua komunikasi terapeutik pada bayi/anak, terdapat cara menerapkan  komunikasi terapeutik tersebut pada usia bayi sampai anak usia sekolah.
     
3.2     SARAN

1.        Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa dapat memperbaiki serta memperhatikan pembuatan makalah selanjutnya, khususnya tentang komunikasi terapeutik bayi/anak

2.        Bagi institusi
Memberikan masukan atau inovasi baru bagi institusi untuk lebih baik dalam memberikan ilmu pengetahuan.

3.        Bagi pembaca
       Agar pembaca dapat menerapkan dan memahami tentang komunikasi terapeutik bayi/anak


DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
D, S. G. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan . Jakarta: Gunung Mulia.
Ermawati, D. (2009). Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
RI, K. (2013). Komunikasi Dalam Keperawatan Modul 2. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
http://bnetpwj.blogspot.co.id/2016/09/makalah-komunikasi-terapeutik-pada-bayi.html

Pranoto Adicoro - Teks Pembawa Acara Bahasa Jawa

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Ingkang kinurmatan  romo .....
Ingkang kulo sayangi .......
Lan hadirin hadirot ingkang berbahagia

Sumangga kita sedaya ngaturaken Puji Astungkara dhumateng Ngarsanipun Gusti Allah, ingkang sampun paring Asung Wara Kerta Nugrahanipun dhumateng kita sami, saengga kita sedaya saged makempal dados setunggal, nyawiji  dados siji, wonten ing papan panggonan menika kanthi raharja kalis ing rubeda, rahayu kalis ing diyu.
Saderengipun kula nyuwun pangapunten dene kula kumawantun cumanthaka wonten ngarsanipun panjenengan sami, dene kula namung ngayahi jejibahan ingkang sampun dipunborongaken dhumateng kula minangka pranata adicara wonten ing adicara Piodalan ulang tahun  menika.
Para rawuh ingkang kulakurmati, keparenga kula maosaken reroncene adicara wonten ing siyang menika. Adicara ingkang angka:
    1. ( sepisan ) Atur pambuka
    2. ( kalih ) ……………
    3. ( tiga ) atur palapuran saking ………………..
    4.  ( Sekawan ) ………………….
    5. ( Gangsal ) Panutuping upacara
       
Dungkap adicara ingkang angka :
1.    Atur pambuka, sumangga kita wiwiti kanthi waosan Basmalah :
- Bismillahirohman nirohim

Dipunlajengaken adicara ingkang angka:
2.    Ngancik ing adicara angka kalih inggih menika, ………………………
Dhumateng ingkang angayahi jejibahan, kula sumanggakaken.
   
3.    Tumapak ing adicara angka tiga, Atur palapuran saking Ketua Panitia adicara
Dhumateng panjenenganipun............kula sumanggakaken
   
4.    Tumapak ing adicara angka sekawan, ………………….

Ing wasono dungkap adicoro engkang ongko :
5.    Paripurno soho panutuping upacara kanti doa
Engkang kapimpin dening ………………. wedal kulo  sumanggak’aken.

Mekaten kala wau sedaya adicara kang rinantam saged kelampahan sedaya tanpa alangan setunggal punapa. Salajengipun, kula minangka pranata adicara mbok menawi wonten gonyak-ganyuke wicara, grusa-grusune solah bawa, kula nyuwun gunge sih samudra pangaksami dhumateng panjenengan sedaya..

Wabilahi taufiq walhidayah 
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

CONTOH PROPOSAL PEMILIHAN PENGURUS OSIS

PROPOSAL KEGIATAN
PEMILIHAN PENGURUS OSIS PERIODE TP.2016/2017
SMA NEGERI 1 CLURING


I.    LATAR BELAKANG

Para pelajar merupakan generasi muda yang mempunyai posisi paling penting dalam regenerasi suatu lapisan masyarakat ataupun suatu bangsa. Sehingga para generasi muda lah yang menyambung tongkat estapet kepemimpinan dalam suatu bangsa dan akan menjadi para leadership-leadership yang akan mengembangkan dan memajukan bangsa ini. Sehingga dibutuhkanlah potensi dan kreatifitas-kreatifitas yang dapat  memunculkan suatu siswa yang berkualitas sangat baik dan mampu mengembangkan potensinya bagi bangsa ini.


Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan organisasi yang menjadi wadah bagi seluruh siswwa dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat mengaplikasikan semua potensi yang dimiliki dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilaksanakann oleh siswa, baik bersifat intens, pengabdian masyarakat dan keikutsertaan dalam lomba, baik tingkat nasional.
Seiring berjalannnya waktu, masa jabatan OSIS SMAN 1 Cluring periode 2016/2017 telah selesai maka harus diadakan pergantian kepengurusan OSIS SMAN 1 Cluring baru, guna terciptanya OSIS SMAN 1 Cluring yang lebih baik. 

II.      Dasar Kegiatan
1.    Program Kerja dan Visi misi SMA Negeri 1 Cluring
2.    Program Kerja Sekbid Sosial Politik OSIS SMA Negeri 1 Cluring


III.     MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun tujuan diselenggarakannya Pemilihan Pengurus OSIS SMAN 1 Cluring
periode 2016/2017 ini yaitu: 


a.    Melahirkan generasi-generasi penerus bangsa dan agama yang handal dan mampu melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan semata-mata hanya mengharap Ridho Allah SWT.


b.    Melahirkan pengurus dan ketua OSIS SMAN 1 Cluring periode 2016/2017 yang cerdas, kreatif dan bertanggung jawab untuk mengembangkan program-program OSIS di SMAN 1 Cluring.


c.    Menjalin persaudaraan antar siswa.

IV.    TEMA KEGIATAN
Kegiatan ini bertema : ”PEMIMPIN UNTUK MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK”


VI. BENTUK KEGIATAN

1.    Pemilihan Pengurus osis baru TP.2016/2017
2.    Pemilihan Ketua OSIS TP. 2016 / 2017

VII.   PELAKSANAAN KEGIATAN
Pemilihan Pengurus OSIS,dan Ketua OSIS:
1.    Bagi Formulir Pendaftaran & Pengumpulan Formulir :

       Hari/ Tanggal        : 11,13 Agustus 2016
       Tempat                  : SMA Negeri 1 Cluring

2.    TES TULIS :
       Hari/ tanggal        : 15 Agustus 2016
      Jam                       : 13.30 WIB-Selesai
      Tempat                  : SMA Negeri 1 Cluring

4.  TES WAWANCARA :
      Hari/ tanggal         : 18,19 Agustus 2016
      Jam                       : 13.30 WIB-Selesai
      Tempat                  : SMA Negeri 1 Cluring

5. TES PBB:
     Hari/Tanggal        : Minggu,21 Agustus 2016
    Jam                       : 06.00 WIB-Selesai
    Tempat                  : SMA Negeri 1 Cluring


VIII.  PANTIA PELAKSANA
Seluruh rangakaian kegiatan dalam Pemilihan pengurus Osis baru ini akan diselenggarakan oleh Pengurus OSIS SMAN 1 Cluring

IX. SUMBER DANA
1.    Subsidi dari Sekolah ( SMAN 1 Cluring )


X. LAMPIRAN – LAMPIRAN
1.    Anggaran dana
2.    Dokumentasi
3.    Susunan Kepanitiaan
4.    Lain-lain

XII. PENUTUP

Demikian proposal ini kami buat dengan harapan kiranya pelaksanaan kegiatan pemilihan pengurus osis periode 2016/2017 ini dapat berjalan dengan baik dan menjadi. Kami juga berharap dukungan dan apresiasi positif dari semua  kalangan yang ada di SMA Negeri 1 Cluring sehingga kegiatan ini menjadi agenda rutin dilingkungan SMAN 1 Cluring.
Akhir kata, kami segenap panitia mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu / Saudara dan segala pihak yang bersedia membantu mensukseskan acara ini.

   
                                    Cluring, 9 Agustus 2016

Ketua Panitia                        Sekretaris
   


------------------------------                    ------------------------------

WakasekKesiswaan                    Ketua OSIS


    --------------------------                    ------------------------------


Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Cluring



---------------------------------------

PIDATO TENTANG NARKOBA DAN CARA MENGATASINYA

Assalamualaikum Wr Wb
 
Yang terhormat kepala sekolah
Yang saya hormati Bapak/Ibu Guru
Yang saya hormati Staf Tata Usaha dan Tamu undangan
Serta teman-teman yang saya cintai.

Puji syukur Alhamdulilah atas Rahmat Allah SWT,  sehingga kita dapat berkumpul disini dan pada hari  yang  istimewa ini  yaitu acara  lomba pidato, saya akan menyampaikan pidato dengan tema Narkoba.


Bapak, Ibu dari hadiri sekelian, Apa itu narkoba, sudah tidak asing lagi di telinga kata narkoba, narkoba singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang.  Istilah narkotika, psikotropika, dan obat terlarang apabila disingkat yaitu menjadi narkoba
Bagaimana cara kerja, Narkoba berpengaruh pada otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan, yang disebut sistem limbus. Hipotaamus-pusat kenikmatan pada otak-adalah bagian dari sistem limbus. Narkoba menghasilkan perasa “high” dengan mengubah susunan biokimia molekul pada sel otak yang disebut neuro-transmitter akibatnya, otak membuat program salah


Bapak Ibu dan teman-teman yang tercinta
Apa akibat dari narkoba,  Narkoba Mengakibatkan ketergantungan atau Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal dan juga menyebabkan penyakit mematikan seperti HIV AIDS
Dilihat dari penampilan fisiknya orang pengguna narkoba biasanya Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah  Hilang kepercayaan diri,, pengkhayal, penuh curigatingkah laku yang brutal Sulit berkonsentrasi dan masih banyak lagi sifat-sifat buruk yang lain akibat dari narkoba.


Bapak/ibu dan teman-teman yang berbahagia, mari kita bersama-sama memarangi masalah narkoba, demi masa depan anak-anak Indonesia yang lebih berprestasi
Bagaimana macara mengatasi masalah narkoba ini.
Kita mulai dari diri kita sendiri dengan hidup sehat 


1.    Jauhi lah orang2 yang menggunakan narkoba walaupun sebenarnya mereka tidak mengiming kita tapi kalau pikiran kita tidak kuat maka tetap saja anda akan terkecoh untuk mencobanya.


2.    pikirkan orang yang anda sayangi ! orang tua kita, saudara kita, pikirkan bagaimana kecewanya mereka seandainya anda seperti itu


3.    Bentengi diri anda dengan agama agar terhindar dari perbuatan tercela dan merugikan diri sendiri atau orang lain. Mendekatkan diri dengan Tuhan yang Maha Kuasa akan menjauhkan seseorang dari perbuatan terlarang dan merugikan diri sendiri atau orang lain
Untuk itu marilah kita hindari dan jauhi serta ikut memberantas penggunaan narkoba. Mari berprestasi mengejar cita-cita masa depan yang labih cerah lebih baik dan mejadikan kita pribadi yang mandiri.

Demikianlah pidato singkat  yang dapat saya sampaikan karena waktu yang diberikan sudah habis apabila ada kesalahan dalam bertutur kata,saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih dan saya akhiri.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

ERROR PRINTER BROTHER DCP-J100 UNABLE TO PRINT 7X

Printer brother DCP-J100  kesayangan mengalami error, awal permasalahan printer brother saya gunakan untuk mencetak  kertas stiker tebal 135gsm dan kertas nyangkut tidak bisa keluar, saya matikan printer dengan mencabut kabel power listrik.

kertas saya keluarkan sesuai petunjuk dengan menarik  tuas warna hijau dibawah baki tray  dan dengan mudah saya keluarkan karena sudah longgar, saya periksa tidak ada kertas yang tersisa didalam print.

kemudian saya hidupkan printer menampilkan pesan " printer unable see troubelshooting in user's guide 75", sudah saya download buku manualnya, dan saya praktekan juga belum sembuh printer saya,
masih tetap muncul gambar seperti dibawah ini.




Tinggal satu langkah lagi yaitu saya kirim keservis center Brother, kalau ada cara lain agar bisa perbaiki sendiri silahkan komen atau kasih linknya. terimakasih.






Presentasi Tentang Nusa Tenggara Timur - Tugas Sosiologi

Presentasi Mengenal lebih dekat tentang Nusa Tenggara Timur Presentasi untuk membantu pelajar Indonesia Bidang studi Sosiologi untuk mengenal Nusa Tenggar Timur meliputi :



  • Suku
  • Letak geografis
  • Kebudayaan
  • Bahasa daerah
  • Lagu daerah
  • Rumah adat
  • Pakaian adat
  • Kesenian
  • Senjata
  • Makanan khas

Presentasi di desain menggunkan software power point 2010
Download disini




MAKALAH QIRA'AT QUR'AN LENGKAP


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat arab merupakan komunitas dari berbagai suku yang berada diseluruh semenanjung Arab. Secara geografis ini membawa dampak pada tatanan sosial masyarakat arab, salah satu tatanan itu adalah beragamnya dialek (lahjah) yang berbeda antar satu suku dengan suku yang lain. Perbedaan semacam ini sangat wajar kalau kita melihat dari segi geografis dan sosio cultural dari masing-masing suku.

Walaupun terbagi dari berbagai dialek, namun masyarakat arab mempunyai bahasa bersama yang dapat menyatukan mereka dalam berkomunikasi, berniaga dan melakukan aktifitas lainnya.
Pada sisi lain, keragaman dialek itu juga berpengaruh pada kemampuan orang untuk melafatkan bahasa al-Qur’an. Fenomena keragaman dialek yang berpengaruh kepada kemampuan melafatkan bahasa al-Qur’an merupakan sesuatu yang natural. Dari sini membawa konsekuensi timbulnya berbagai macam bacaan (Qira’at) dalam melafatkan al-Qur’an, yang pada akhirnya direspon oleh rasulullah SAW dengan membenarkan pelafatan al-Qur’an dengan berbagai macam Qira’at. Pada perkembangan selanjutnya dipahami bahwa perbedaan bacaan dapat dijadikan sebagai sarana mempermudah untuk membaca dan  melafatkan al-Qur’an yang sesuai dengan kemampuan dan dialek seseorang.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Qira’at ?
2. Bagaimana sejarah Qira’atil Qur’an ?
3. Apa saja macam-macam Qira’at ?
4. Bagaimana metode penyampaian Qira’at ?

1.1  Tujuan
1.      Memahami Pengertian Qira’at
2.      Memahami sejarah Qira’atil Qur’an
3.      Memahami macam-macam Qira’at
4.      Memahami metode penyampaian Qira’at

1.2  Manfaat
Supaya kami semua dan para pembaca memahami ilmu-ilmu yang berhubungan dengan al-Qur’an dan dapat menerapkannya dalam kajian al-Qur’an serta mampu mengenal dan menjelaskan Qira’at dalam al-Qur’an.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Qira’at
            Menurut bahasa, qira’at (قراءات) adalah bentuk jamak dari qira’ah (قراءة) yang merupakan isim masdar dari qaraa (قرأ), yang artinya : bacaan.
Pengertian qira’at  menurut istilah cukup beragam. Hal ini disebabkan oleh keluasan makna dan sisi pandang yang dipakai oleh ulama tersebut. Berikut ini akan diberikan dua pengertian qira’at menurut istilah.
            Qira’at menurut al-Zarkasyi merupakan perbedaan lafal-lafal al-Qur'an, baik menyangkut huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, sepeti takhfif, tasydid dan lain-lain.
            Dari pengertian di atas, tampaknya al-Zarkasyi hanya terbatas pada lafal-lafal al-Qur'an yang memiliki perbedaan qira’at saja. Ia tidak menjelaskan bagaimana perbedaan qira’at itu dapat terjadi dan bagaimana pula cara mendapatkan qira’at itu.
            Ada pengertian lain tentang qira’at yang lebih luas daripada pengertian dari al-Zarkasyi di atas, yaitu pengertian qira’at menurut pendapat al-Zarqani.
Al-Zarqani memberikan pengertian qira’at sebagai : “Suatu mazhab yang dianut oleh seorang imam dari para imam qurra’ yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan al-Qur’an al-Karim dengan kesesuaian riwayat dan thuruq darinya. Baik itu perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya.”
            Ada beberapa kata kunci dalam membicarakan qiraat yang harus diketahui. Kata kunci tersebut adalah qira’at, riwayat dan tariqah. Berikut ini akan dipaparkan pengetian dan perbedaan antara qira’at dengan riwayat dan tariqah, sebagai berikut :
            Qira’at adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang imam dari qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas; seperti qira’at Nafi’, qira’at Ibn Kasir, qira’at Ya’qub dan lain sebagainya.
            Sedangkan Riwayat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang perawi dari para qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Misalnya, Nafi’ mempunyai dua orang perawi, yaitu Qalun dan Warsy, maka disebut dengan riwayat Qalun ‘anNafi’ atau riwayat Warsy ‘an Nafi’.
            Adapun yang dimaksud dengan tariqah adalah bacaan yang disandarkan kepada orang yang mengambil qira’at dari periwayat qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Misalnya, Warsy mempunyai dua murid yaitu al-Azraq dan al-Asbahani, maka disebut tariq al-Azraq ‘an Warsy, atau riwayat Warsy min thariq al-Azraq. Bisa juga disebut dengan qira’at Nafi’ min riwayati Warsy min tariq al-Azraq.

2.2 Sejarah Qira’atil Qur’an
Pada periode awal kaum muslimin memperoleh ayat-ayat al-Qur’an langsung dari nabi saw, kepada para sahabat dan dari sahabat ini kemudian kepada para tabi’in serta para imam-imam qiraat pada masa selanjutnya. Pada masa Nabi saw, ayat-ayat ini diperoleh dari nabi dengan cara mendengarkan, membaca lalu beberapa sahabat menghafalkannya. Sehingga pada periode ini al-Qur’an belum dibukukan, pedoman dasar bacaan dan pelajarannya langsung bersumber dari Nabi saw, serta para sahabat yang hafal al-Qur’an. Hal ini berlangsung hingga masa para sahabat yang pada perkembangannya al-Qur’an dibukukan atas dasar iktiar dari khalifah Abu Bakar dan inisiatif Umar bin Khattab.
Pada perkembangan berikutnya, al-Qur’an justru tertata lebih rapi karena khalifah Usman berinisiatif untuk menyalin mushaf dan dicetak lebih banyak untuk kemudian disebarkan kepada kaum muslimin di berbagai kawasan. Langkah ini ditempuh oleh Utsman bin Affan karena pada waktu itu terjadi perselisihan diantara sesama kaum muslimin tentang perbedaan bacaan yang mereka terima, maka dengan dasar inilah diketahui sejarah awal terjadinya perbedaat Qira’at yang kemudian dipadankan oleh Utsman bin Affan dengan cara menyalin mushaf itu menjadi satu bentuk yang sama dan mengirimnya ke berbagai daerah. Dengan cara seperti ini maka tidak aka nada lagi perbedaan, karena seluruh mushaf yang ada di daerah-daerah kaum muslimin semuanya sama, yaitu mushaf yang berasal dari khalifah Utsman bin Affan.
Setelah masa itu, maka muncullah para qurra’ (para ahli dalam membaca al-Qur’an), merekalah yang menjadi panutan di daerahnya masing-masing dan dari bacaan mereka dijadikan pedoman serta cara-cara membaca al-Qur’an.
Perkembangan selanjutnya ditandai dengan munculnya masa pembukuan qira’at. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa orang yang pertama kali menuliskan ilmu qira’at  adalah Imam Abu Ubaid al-Qasim bin Salam yang wafat pada tahun 224 H. Ia menulis kitab yang diberi nama al-Qira’at yang menghimpun qiraat dari 25 orang perawi. Pendapat lain menyatakan bahwa orang yang pertama kali menuliskan ilmu qiraat adalah Husain bin Usman bin Tsabit al-Baghdadi al-Dharir yang wafat pada tahun 378 H.  Dengan demikian mulai saat itu qira’at menjadi ilmu tersendiri dalam ‘Ulum al-Qur’an.
            Menurut Sya’ban Muhammad Ismail, kedua pendapat itu dapat dikompromikan. Orang yang pertama kali menulis masalah qiraat dalam bentuk prosa adalah al-Qasim bin Salam, dan orang yang pertama kali menullis tentang qira’at sab’ah dalam bentuk puisi adalah Husain bin Usman al-Baghdadi.
            Pada penghujung Abad ke III Hijriyah, Ibn Mujahid menyusun qira’at Sab’ah dalam kitabnya Kitab al-Sab’ah. Dia hanya memasukkan para imam qiraat yang terkenal siqat dan amanah serta panjang pengabdiannya dalam mengajarkan al-Qur’an, yang berjumlah tujuh orang. Tentunya masih banyak imam qira’at yanng lain yang dapat dimasukkan dalam kitabnya.
            Ibn Mujahid menamakan kitabnya dengan Kitab al-Sab’ah hanyalah secara kebetulan, tanpa ada maksud tertentu. Setelah munculnya kitab ini, orang-orang awam menyangka bahwa yang dimaksud dengan ahruf sab’ah  adalah qira’at sab’ah oleh Ibn Mujahid ini. Padahal masih banyak lagi imam qira’at lain yang kadar kemampuannya setara  dengan tujuh imam qira’at dalam kitab Ibn Mujahid
            Abu al-Abbas bin Ammar mengecam Ibn Mujahid karena telah mengumpulkan qira’at sab’ah. Menurutnya Ibn Mujahid telah melakukan hal yang tidak selayaknya dilakukan, yang mengaburkan pengertian orang awam bahwa Qiraat Sab’ah itu adalah ahruf sab’ah seperti dalam hadis Nabi itu. Dia juga menyatakan, tentunya akan lebih baik jika Ibn Mujahid mau mengurangi atau menambah jumlahnya dari tujuh, agar tidak terjadi syubhat.
            Banyak sekali kitab-kitab qiraat yang ditulis para ulama setelah Kitab Sab’ah ini. Yang paling terkenal diantaranya adalah :  al-Taysir fi al-Qiraat al-Sab’i yang diisusun oleh Abu Amr al-Dani, Matan al-Syatibiyah fi Qira’at al-Sab’i karya Imam al-Syatibi, al-Nasyr fi Qira’at al-‘Asyr karya Ibn al-Jazari dan Itaf Fudala’ al-Basyar fi al-Qira’at al-Arba’ah ‘Asyara karya Imam al-Dimyati al-Banna.  Masih banyak lagi kitab-kitab lain tentang qira’at yang membahas qiraat dari berbagai segi secara luas, hingga saat ini.

2.3 Macam-Macam Qira’at
Dalam kitab Zubdah Al-Itqon Fil Ulumil Qur’an karya Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki bahwa imam Al-Jaziri mengelompokkan Qira’ah dalam lima bagian, yaitu:
1.      Mutawatir, yaitu Qira’at yang dinukil oleh sejumlah orang yang tidak mungkin bersepakat dalam kedustaan dari oerang-orang yang seperti mereka hingga ke akhir sanad, dan ini yang dominan di dalam Qira’at.
2.      Masyhur, yaitu yang sanadnya shahih namun tidak sampai ke tingkatan Mutawatir, sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan rasm, terkenal di kalangan para Imam Qurra’, dan mereka tidak menganggapnya keliru atau ganjil. Dan para Ulama menyebutkan bahwa Qira’at jenis ini boleh diamalkan bacaannya.
3.      Ahad, yaitu yang sanadnya shahih, namun menyelisihi rasm atau menyelisihi kaidah bahasa Arab, atau tidak terkenal sebagaimana terkenalnya Qira’at yang telah disebutkan. Dan yang ini tidak diamalkan bacaannya. Dan di antara contohnya adalah yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim rahimahullah dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca:
متكئينعلىرفارفخضروعباقريحسان
Qira’at di atas dalam mushaf dibaca:
مُتَّكِئِينَعَلَىرَفْرَفٍخُضْرٍوَعَبْقَرِيٍّحِسَانٍ (76)
”Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani yang indah.” (QS. Ar-Rahman: 76)
Dan juga yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya beliau membaca: (surat At-Taubah ayat 128)
لَقَدْجَآءَكُمْرَسُولٌمِّنْأَنْفَسِكُمْ… {128}
Dengan menfathahkan huruf Fa’ dalam مِّنْأَنْفَسِكُمْ (padahal di Qira’at yang lain dengan menkasrahkan Fa’)
4.      Syadz, yaitu yang tidak shahih sanadnya. Seperti Qira’at:
مَلَكَيَوْمَالدِّينِ {4}
Dengan kata kerja bentuk lampau, yaitu مَلَكَ (malaka) dan mem-fathah-kan kata يَوْمَ (di Qira’at yang benar dengan meng-kasrah-kannya).
5.      Maudhu’, atau palsu yaitu yang tidak ada asal-usulnya.

Imam Suyuthi menambahkan jenis qira’ah yang keenam yaitu Qira’ah Mudraj, atau yang disisipi, yaitu ucapan yang ditambahkan dalam Qira’at (yang shahih) sebagai bentuk penafsiran. Seperti Qira’at Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
{ لَيْسَعَلَيْكُمْجُنَاحٌأَنْتَبْتَغُوافَضْلامِنْرَبِّكُمْفيمواسمالحج . فَإِذَاأَفَضْتُمْمِنْعَرَفَاتٍ… }
Dan ucapan فيمواسمالحج adalah tafsir yang disisipkan dalam ayat.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Qira’at Sab’ah adalah Mutawatir, dan selain yang Mutawatir dan Masyhur maka tidak boleh membaca dengannya, baik dalam shalat maupun di luar shalat.
Imam an-Nawawi rahimahumullah berkata dalam Syarh al-Muhadzadzab:”Tidak boleh membaca dengan Qira’at Syadz di dalam shalat mapupun di luar shalat, karena ia bukan al-Qur’an. Karena al-Qur’an tidak ditetapkan kecuali dengan nukilan yang Mutawatir, dan Qira’at Syadz tidak Mutawatir. Dan barang siapa yang berkata dengan selain ini maka ia adalah orang yang keliru dan bodoh. Maka jika seseorang menyelisihi dan membaca dengan Qira’at Syadz, maka Qira’atnya diingkari, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Dan para ulama Baghdad telah sepakat bahwa barang siapa yang membaca dengan Qira’at Syadz maka ia diminta bertaubat. Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah menukil Ijma’ (kesepakatan) seluruh kaum Muslimin tentang tidak diperbolehkannya membaca dengan Qira’at Syadz, dan juga tidak diperbolehkannya shalat di belakang imam yang membaca Qira’at ini (Syadz).”
                                                                                                                
2.4 Metode Penyampaian Qira’at
Menurut Dr. Muhammad bin Alawi Al-Maliki dalam bukunya berjudul Zubdah al-itqan fi ulumil Qur’an mengatakan, bahwa di kalangan ahli hadits ada beberapa periwayatan atau penyampaian qira’ah diantaranya:
a.       Mendengar langsung dari guru (al-Sima’)
b.      Membacakan teks atau hafalan didepan guru (al-Qira’ah ‘ala al-Syaikh)
c.       Melalui ijazah dari guru kepada murid
d.      Guru memberikan sebuah naskah asli kepada muridnya atau salinan yang dikoreksinya untuk diriwayatkan (al-Munalah)
e.       Guru menuliskan sesuatu untuk diberikan kepada muridnya (Mukatabah)
f.       Wasiat dari guru kepada para murid-muridnya
g.      Pemberitahuan tentang qira’ah tertentu (al-I’lam)
h.      Hasil temuan (al-Wijadah)

Para imam qira’ah, baik salaf maupun kholaf dalam meriayatkan lebih banyak menggunakan metode qira’ah ‘ala as-Syaikh. Metode ini juga digunakan oleh Nabi saw. Ketika beliau menyodorkan bacaan al-Qur’an di hadapan Jibril pada setiap bulan Ramadhan. Adapun metode Al-Sima’ tidak digunakan oleh para imam qira’ah dengan beberapa alasan:
1.      Karena yang mendengar langsung dari Nabi hanyalah para sahabat. Sedang mayoritas para imam qira’ah tidak pernah mendengarkan secara langsung dari Nabi saw.
2.      Setiap murid yang mendengar langsung dari gurunya tidak mampu secara persis meriayatkan apa yang telah didapat dari gurunya. Sedang para sahabat dengan kualitas kefasihan yang baik, mereka mampu menyampaikan al-Qur’an sama persis seperti yang mereka dengarkan dari Nabi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwasanya:
1.      Qira’at adalah cara membaca ayat-ayat al-Qur’an yang dipilih dari salah seorang imam ahli qira’at yang berbeda dengan cara ulama’ lain serta didasarkan atas riwayat yang mutawatir sanadnya yang selaras dengan kaidah-kaidah bahasa arab yang terdapat dalam salah satu mushaf Usmani.
2.      Qira’at ini muncul pada Nabi Muhammad saw sampai sekarang.
3.      Macam-macam qira’at dibagi menjadi lima bagian yaitu Qira’ah Mutawatir, Qira’ah Masyhur, Qira’ah Ahad, Qira’ah Syadz, Qira’ah Maudlu’.
4.      Metode penyampaian Qira’at yaitu mendengar dari guru, membaca didepan guru, melalui ijazah, melalui naskah dari guru, melalui tulisan, wasiat, melalui pemberitahuan (al-I’lam), hasil temuan.

3.2 Saran                                                                                                                   
Dengan sangat menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami menyarankan kepada pembaca untuk memberikan sumbangan saran serta kritikan dalam memperbaiki makalah kami untuk yang akan datang.





DAFTAR PUSTAKA

Channa AW, M.Ag, Dra. Liliek. 2010. Ulum Al-Qur’an dan Pembelajarannya. Surabaya: Kopertais IV Press.
Anwar M.Ag, Prof. Dr, H. Rosihon. 2009. Pengantar Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Djalal H.A, Pof. Dr. H. Abdul. 1997. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
Abdullah Mawardi. 2011. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


(lustrasi gambar www.insanmadinah.com)